Pada hari jumat kemarin tepatnya pada tanggal 23 november 2018 atau masyarakat Tengger biasa menyebutnya dengan Jumat pahing tanggal 15 bulan kalima sedang menggelar tradisi unan – unan yang biasanya di gelar 5 tahun sekali oleh masyarakat Tengger pada tahun panjang/tahun landhung/tahun pahing/tahun kabisat.
Pada upacara ini perhitungan kalender dimundurkan 1 bulan untuk menggenapi bulan yang hilang karena perbedaan perhitungan tahun surya dan tahun candra pada Kalender Tengger (seperti halnya pada kalender masehi yang menggenapi perhitungannya dengan menambah 1 hari di bulan februari pada tahun kabisat).
Tanpa unan – unan maka perhitungan hari pelaksanaan pujan pada bulan bulan suci, riyaya kasada, hari baik, dan kalender bercocok tanam akan tidak sesuai dengan tanda tanda alam. Tujuan adanya upacara ini yaitu untuk membersihkan desa dari segala noda, segala malapetaka, menjauhkan gangguan buta kala, memohonkan ampunan bagi para arwah leluhur Tengger, dan memohonkan keselamatan bagi masyarakat Tengger dan alam semesta.
Kepala kerbau dan kulitnya yang utuh adalah sesajen utama dalam upacara ini. Kerbau adalah lambang penguasa agung. Kerbau dalam bahasa jawa disebut Mahesa. Mahesa = maha + isa = Penguasa Agung.
Puncak acara unan – unan dilakukan di Sanggar Agung Ranu Pane. Sebuah tanah lapang sempit di puncak bukit diantara ladang tiap Desa Tengger punya satu Sanggar Agung fungsinya sebagai pusat keagamaan sebelum agama agama formal masuk Tengger. Setelah agama agama formal masuk, tiap umat di Tengger kemudian memiliki pusat keagamaannya sendiri sendiri baik pura, masjid, maupun gereja. Ketika menuju ke sanggar, masyarakat Tengger melakukan iringan sambil membawa 4 jodong (kotak kayu) dari desa atas menuju sanggar. Jodang berisi kue kue yang nanti akan dibagikan kepada warga setelah upacara selesai.
Sanggar sebenarnya tidak hanya dimiliki oleh orang Tengger saja. Semua desa di jawa sepertinya pernah memiliki sanggar pamujan sebelum agama agama formal masuk. Dalam proses islamisasi jawa misalnya, para wali menciptakan sebutan “langgar” sebagai padanan sanggar. Istilah langgar sampai sekarang masih dipakai di desa desa untuk menyebut mushola.
Dalam upacara unan unan ini, isi dalam sanggar hanya dua bongkah batu, Pohon Cemara Gunung (Casuarina Junghuhniana) dan sesajen : cermin, sisir, segelas air putih, dan secangkir kopi hitam.
Upacara ini di pimpin oleh seorang dukun. Mereka menyebutnya dengan Dukun Pandhita namanya. Dukun pandhita biasanya yang menggunakan sampet (selendang yang disilangkan di dada). Ketika mengucapkan japa mantra ketika puncak acara berlangsung, Dukun Pandhita di dampingi oleh 3 asisten yaitu : Wong Sepuh (Penata sesajen di altar), Legen (Pembawa prapen dan prasen), dan Wong Dandan (Pembuat sesajen). Wong dandan ini biasanya kebanyakan istri dari dukun dan legen.
Finally, unan – unan ditutup dengan acara Tayuban. Biasanya dalam Tayuban para dukun, asistennya, pejabat desa, dan para sesepuh menari bersama tandak. Tayuban dilakukan untuk menghibur arwah leluhur yang menyaksikan unan – unan. Tidak ada mabuk mabukan atau sentuh sentuhan seperti diluar kawasan Tengger.
Terima kasih atas perhatiannya. Selamat malam 🙂
One question, menurutmu seperti ini perlu dilestarikan apa gak kak ?
Btw, thanks for sharing 💚💚
SukaSuka
Perlu sekali kak…
Sebenernya ini tulisan belum selesai kak, nanti juga akan dibahas tentang 8pentingnya pelestarian kebudayaan lokal kak. Ditunggu buat tulisan selanjutnya ya kak.. 😀
SukaSuka
Baru tau ada tradisi kayak gitu. Kayaknya menarik.
SukaSuka
Seru sekali bang..kalo di bromo ada hari raya kasad namanya. Kalo ga salah tradisinya dirayakan pas bulan bulan agustus atau september gitu. Coba deh sekali kali kesana. Udatelat tapi wkwkw.
SukaSuka
Hemmmm udatelat dibilangin hahaha.. taun depan tapi lewat mimpi hikhik
SukaSuka
Adat istiadat yang bagus. Bagus pula untuk wisata dan menambah pendapatan untuk warga sekitar
SukaSuka
Bener banget mas 😄
SukaSuka
Perlu dilestarikan tuh
SukaSuka
Iyapp. Sebenernya masi banyak sekali tradisi tradisi umat hindhu di tengger yang masi belum diketahui.
SukaSuka